Bitcoin - Media Edukasi Aset Kripto dan Web3 Halal Pertama di Indonesia
|

Bitcoin

Bitcoin - Media Edukasi Aset Kripto dan Web3 Halal Pertama di Indonesia

Tentang Bitcoin

Bitcoin adalah mata uang digital berbasis blockchain yang terdesentralisasi. Bitcoin diperkenalkan sebagai alternatif dari mata uang tradisional atau fiat, seperti dolar AS atau poundsterling. Sejak peluncurannya lebih dari satu dekade lalu, Bitcoin masih menjadi mata uang kripto paling terkenal dan paling besar yang ada di dunia. Bitcoin pertama kali muncul pada tahun 2009 lalu di tengah-tengah krisis finansial dunia saat itu, ketika kepercayaan pada bank dan institusi finansial tradisional sedang berada pada ambang batas bawah. Lanskap mata uang kripto yang terdesentralisasi dan jauh dari regulasi pemerintah pusat dan bank sentral menjadi daya tarik dari Bitcoin.

Bitcoin bekerja pada jaringan komputer atau ledger (catatan transaksi) yang terdesentralisasi yang terus menerus melacak transaksi-transaksi anonim yang berlangsung. Agar supaya sebuah transaksi bisa tervalidasi, transaksi tersebut harus terekam ke dalam blockchain—blockchain inilah yang bekerja sebagai ledger panjang yang mencatat seluruh transaksi yang terverifikasi.

Ketika sebuah transaksi dimulai, pengguna akan mendapat private key—yang hanya  bisa diakses oleh sang pengguna—untuk meminta verifikasi pada blockchain. Para miners akan menerima permintaan ini, memproses komputasi yang dibutuhkan, dan dengan menggunakan konsensus algoritma Proof of Work (PoW), blok baru berisi transaksi tersebut akan tercipta dan digabungkan ke dalam blockchain. PoW hanya akan berhasil ketika hasil komputasi dari miner individual yang mengajukan proses verifikasi “disetujui” oleh miners lainnya. Blok baru kemudian akan ditambahkan kepada blockchain yang berarti transaksi tersebut telah terverifikasi. Setelah tergabung dalam blockchain, blok tersebut tidak akan bisa dirubah sama sekali. Karena setiap blok terikat secara komputasional dengan blok lainnya, untuk merubah/meretas sebuah blok, sama dengan merubah keseluruhan blockchain—sebuah proses yang memakan waktu dan biaya terlalu banyak. Meski blockchain pada dasarnya bisa diakses secara publik, namun transaksi tetap sebagian besar berlangsung anonim, tanpa melibatkan data personal pengguna. Data yang terlihat adalah proses konfirmasi transaksi dalam nodes para miners, seperti angka terenskripsi yang miner gunakan untuk memverifikasi blok, waktu pengerjaan, jumlah transaksi dalam sebuah blok, dll. Transaksi yang ada terlihat transparan, namun tidak bisa dilacak balik ke pelaku transaksinya. Blockchain juga terdesentralisasi, tanpa tokoh sentral yang mengontrol pergerakan atau keamanan seluruh data.

Sejarah singkat Bitcoin

Sejarah Bitcoin dimulai pada akhir tahun 2008, ketika sebuah white paper berjudul Bitcoin: A Peer-to-Peer Electronic Cash System dengan nama samaran Satoshi Nakamoto muncul di mailing list komunitas kriptografi—ilmu yang membahas teknik komunikasi aman yang hanya bisa diproses pihak pengirim dan penerima. White paper ini kurang lebih membahas sistem blockchain dan jaringan peer-to-peer yang kemudian akan menjadi inti utama dari mata uang kripto.

Satoshi Nakamoto, sang pendiri Bitcoin menghilang pada Desember 2010 dan menyerahkan kontrol Bitcoin kepada Gavin Andresen. Diperkirakan Satoshi Nakamoto memiliki sekitar 1 juta Bitcoin, yang berdasarkan nilai token saat artikel ini ditulis, membuat ia menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Identitas Nakamoto sendiri tidak pernah diketahui sama sekali, baik itu kewarganegaraan ataupun kejelasan bahwa itu adalah nama samaran satu orang atau sekelompok orang.

Pada tanggal 3 Januari 2009, blok pertama pada blockchain Bitcoin diciptakan, yang kemudian menandai peluncuran resmi Bitcoin. Di awal perkembangannya, nilai Bitcoin bahkan tidak sampai 1 dolar AS. Butuh waktu hampir dua tahun hingga Bitcoin bisa mulai diadopsi di dunia nyata. Transaksi pertama yang menggunakan Bitcoin adalah pada 22 Mei 2010, ketika seorang pria dari Florida membayar 10.000 BTC untuk dua kotak pizza Papa John’s yang berharga USD $25. Pada bulan Februari 2011, BTC berhasil melewati angka $1 untuk pertamakalinya. Pada tahun 2013, BTC mencapai nilai puncak hingga $1.100, sebelum kemudian anjlok hingga ke angka $300—butuh waktu lebih dari dua tahun sebelum BTC bisa mencapai $1000 lagi.

Meski menjadi token yang paling populer, namun Bitcoin bukanlah mata uang kripto yang pertama kali diciptakan. Pada tahun 1998, David Chaum menciptakan uang elektronik kriptografis pertama yang bernama eCash. Setelah itu, beberapa mata uang lainnya muncul, seperti B-money, Hashcash dan Bit Gold—yang juga menerapkan konsep blockchain seperti halnya Bitcoin. Karena beberapa alasan mata uang-mata uang kripto ini tidak pernah diimplementasikan secara luas, hingga akhirnya Bitcoin muncul dengan sistem dan konsep yang lebih solid.

Sifat “anarkis” dan anonimitas dari kripto membuat Bitcoin populer terutama di dunia gelap, baik itu sebagai pembayaran jasa kriminal, marketplace seperti Silk Road, ataupun sebagai sasaran penipuan dan pencurian. Ini adalah salah satu alasan banyak pemerintah yang khawatir dan berhati-hati dalam menerima Bitcoin dalam sistem. Alasan lainnya adalah sifat desentralisasi Bitcoin membuatnya susah untuk diregulasi, yang berarti pemerintah kehilangan kontrol atas transaksi-transaksi yang terjadi, apalagi penerapan peraturan pajak atau perilaku finansial untuk transaksi tersebut. Meski demikian, seiring dengan waktu perilaku dunia internasional terhadap Bitcoin dan mata uang kripto lainnya semakin berubah—sebagian besar ke arah positif. Republik Rakyat Tionghoa masih melarang total penggunaan Bitcoin apapun sejak tahun 2013, dengan platform trading dan exchange semakin banyak ditutup setiap tahunnya—sesuatu yang ironis, mengingat hingga tahun 2021, ladang mining Bitcoin terbesar di dunia terletak di negara ini. Namun sebagian besar negara lainnya di dunia sudah melegalkan perdagangan Bitcoin, beberapa dengan kompromi-kompromi tertentu seperti larangan untuk keterlibatan institusi finansial negara dan atau bank.

Dua sisi Bitcoin

Seperti yang telah disebutkan di atas, deregulasi dan desentralisasi Bitcoin menjadi salah satu keuntungan bagi para penggunanya. Dibandingkan dengan sistem finansial tradisional seperti bank dan kartu kredit, pengguna memiliki kuasa lebih besar terhadap data dan informasi pribadinya. Pada mata uang kripto, resiko pencurian data dan penggunaan informasi personal lebih kecil dibandingkan mata uang fiat atau pembayaran digital lainnya seperti kartu kredit.

Likuiditas dan aksesibilitas tinggi Bitcoin juga adalah salah satu alasan kenapa popularitas mata uang kripto ini meningkat luar biasa dalam waktu kurang dari setengah dekade. Setiap pengguna dapat bertransaksi menggunakan Bitcoin tanpa terbatas oleh letak geografis dan regulasi dari institusi finansial lokal mereka.

Potensi tinggi untuk keuntungan besar juga tidak diragukan lagi menjadi daya tarik, bahkan mungkin yang utama, bagi sebagian besar pemilik Bitcoin. Pada bulan November 2017, harga Bitcoin berkisar di $7.000, sekitar sebulan kemudian, angka ini melonjak hingga hampir $18.000. Meningkatnya popularitas mata uang kripto dengan Bitcoin masih menempati urutan pertama, menjadi faktor yang sangat menarik bagi para investor.

Di sisi lain, keuntungan besar juga berarti resiko tinggi. Pada periode Oktober 2021 hingga Januari 2022, nilai Bitcoin anjlok sampai hampir 50%. Angka ini terus menurun drastis hingga di November 2022, Bitcoin hanya mencapai seperempat dari nilai di periode yang sama setahun sebelumnya. Meski volatitilas Bitcoin tidak sedrastis pada awal masa pembentukannya, namun pengguna harus ekstra berhati-hati ketika memilih Bitcoin sebagai pilihan investasi jangka panjang. Seperti halnya saham dan mata uang fiat, Bitcoin juga masih terpengaruh oleh peristiwa dunia nyata, seperti keputusan RRT untuk melarang Bitcoin, kudeta Zimbabwe, pandemi COVID-19, atau bangkrutnya platform exchange FTX.

Bagi para miners atau yang tertarik untuk menjadi miners, energi dan sumber daya yang dibutuhkan untuk memproses komputasi untuk transaksi Bitcoin juga amat sangat besar. Konsensus algoritma Proof of Work yang masih digunakan Bitcoin tidak hanya membutuhkan sumber daya listrik yang besar dan terus menerus, namun juga perangkat komputer yang canggih.

Salah satu hal lain yang harus dipertimbangkan adalah sifat deregulasi dari Bitcoin. Meski ini berarti kebebasan dari pemerintah, tetapi ini juga berarti minimnya perlindungan legal yang dibutuhkan ketika hal buruk terjadi. Sistem yang digunakan Bitcoin dan mata uang kripto lainnya juga tidak reversible, transaksi yang terjadi adalah final, terlepas dari benar atau salahnya alamat tujuan. Hal ini membuatnya rawan penipuan dan pencurian, dan Bitcoin sebagai mata uang kripto terpopuler dan terbesar, menjadi target paling empuk dari tindakan kriminal tersebut. Ini juga kemudian yang mendorong wacana untuk menempatkan regulasi pada mata uang kripto, yang tidak hanya datang dari institusi pemerintah, namun banyak dari komunitas kripto sendiri. Bagi sebagian orang, ini mungkin menjadi berita buruk, namun di sisi lain ini juga bisa menjanjikan penerimaan mata uang kripto yang lebih luas di dunia nyata.

Masa depan Bitcoin

Tahun 2022 bukanlah tahun yang baik untuk dunia kripto. Crypto winter melanda menjelang akhir tahun, nilai Bitcoin pada bulan November tidak sampai setengah dari nilai sebelumnya pada Januari.

Kepercayaan terhadap dunia kripto juga semakin turun, diwarnai dengan skandal dan drama—mulai dari jatuhnya Luna/Terra, pasar NFT terbesar Open Sea yang harus memangkas tenaga kerjanya hingga 20%, game NFT Axie Infinity yang diretas hingga kehilangan lebih dari $600 juta dolar, platform exchange Celcius yang bangkrut, dan yang terbaru, kasus bangkrutnya FTX hingga sang pendiri Sam Bankman-Fried ditangkap di Bahama atas dugaan penipuan, pencucian uang, dan konspirasi.

Meski demikian, semakin luasnya adaptasi di dunia nyata dan perkembangan teknologi pendukung mengurangi awan gelap yang terlihat di masa depan kripto. Kompromi dengan regulasi kepemerintahan juga dapat menjadi jawaban, dengan harapan dapat meningkatkan penerimaan di dunia nyata, memunculkan rasa aman untuk para calon pengguna dan menghindari terjadinya skandal karena bad actor.

Bitcoin sebagai mata uang kripto paling besar juga sejauh ini lumayan mendapat keuntungan dari popularitasnya. Rendahnya biaya transaksi dan besarnya kapitalisasi pasar masih menjadi poin plus bagi Bitcoin jika dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya yang lain. Inovasi-inovasi baru juga mulai diluncurkan, seperti integrasi dengan Lightning Network yang kemudian bisa meningkatkan kecepatan dan efisiensi proses transaksi hingga ratusan ribu kali per detik. Ini kemudian menjanjikan Bitcoin tidak hanya sebagai pemain utama, tetapi juga penentu dari ekosistem masa depan pasar kripto.

Referensi

  • The History of Bitcoin, the First Cryptocurrency: https://money.usnews.com/investing/articles/the-history-of-bitcoin
  • History of bitcoin | Wikipedia: https://en.wikipedia.org/wiki/History_of_bitcoin
  • Bitcoin Price History: 2009 – 2022 | SoFi Learn: https://www.sofi.com/learn/content/bitcoin-price-history/
  • A Short History Of Bitcoin And Crypto Currency Everyone Should Read: https://bernardmarr.com/a-short-history-of-bitcoin-and-crypto-currency-everyone-should-read/
  • What Was the First Cryptocurrency?  Investopedia: https://www.investopedia.com/tech/were-there-cryptocurrencies-bitcoin/
  • 5 of the Largest Bitcoin Mining Farms in the World: https://www.theweek.in/news/biz-tech/2021/03/24/5-of-the-largest-bitcoin-mining-farms-in-the-world.html
  • Legality of cryptocurrency by country or territory | Wikipedia: https://en.wikipedia.org/wiki/Legality_of_cryptocurrency_by_country_or_territory#East_Asia
  • What is Bitcoin, and how does it work? | Coin Telegraph: https://cointelegraph.com/bitcoin-for-beginners/what-is-bitcoin-a-beginners-guide-to-the-worlds-first-cryptocurrency
  • 8 Pros and Cons of Bitcoin: https://mint.intuit.com/blog/investments/pros-and-cons-of-bitcoin/
  • Bitcoin’s bid to become the ‘one chain to rule them all’|Tech Crunch: https://techcrunch.com/2022/05/10/bitcoins-backers-trying-to-turn-it-into-one-blockchain-to-rule-all-crypto/

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *